Mulai menikmati rutinitas.
Kota-kota ini sudah terasa sangat dekat (karena memang belum seberapa dibanding luasnya tanah airku...)
Tiga kota satu pengabdian versiku.
Sebuah persembahan sederhana untuk negeriku tercinta.
Inilah yang aku suka dari sebuah perjalanan.
Merenungkan apa yang terjadi,
mengambil hikmah dari setiap kejadian.
Tak jarang kemudian mata ini basah dengan sendirinya.
Karena sadar, belum banyak yang aku lakukan.
Belum banyak manfaat yang telah aku berikan.
Untuk orang-orang di sekitarku,
untuk Indonesiaku.
Bahkan untuk orang terdekat, ayah bundaku...
Seperti aku sedang berdiri,
dan ada kamera di atas kepalaku,
zoom out
aku sangat kecil.
kecil sekali...
Walaupun sangat kecil, semoga ia bersinar terang.
Seperti sebuah bintang yang tetap jelas terlihat dari jarak ribuan tahun cahaya.
Tak ada yang kekal memang.
Tapi paling tidak ketika ia ada, tidak hilang begitu saja.
Mengukiri karya.
menjadi inspirasi...
Tentu saja tak ada yang sempurna (kecuali Ia)
tapi pasti bisa memberikan yang terbaik.
Sabtu, 1 Desember 2012
its fine,
BalasHapustdk masalah.
semoga bisa bermanfaat...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Hapuspuisinya bagus...insyaallah apa yang disumbangkan...bersinar sangat terang..
BalasHapusterimakasih bu.. bu anita yg lebih jago kalau nulis puisi,..
HapusBu Anita... bagaimana kabarnya?