1.
Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar atau materi pembelajaran secara
garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus
dipelajari peserta didik dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah
ditentukan. Ditinjau dari pihak guru,
bahan ajar itu harus diajarkan atau disampaikan dalam kegiatan pembelajaran.
Ditinjau dari pihak peserta didik, bahan ajar itu harus dipelajari dalam rangka
mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar tertentu.
2.
Isi Materi
Pembelajaran
a. Pengetahuan sebagai Materi Pembelajaran
Suatu pengetahuan dapat berupa fakta, konsep,
prinsip, dan prosedur. Materi fakta misalnya nama-nama objek, lambang,
peristiwa, sejarah, nama tempat, nama orang, dan sebagainya. Materi konsep mislanya pengertian, definisi, cirri khusus,
komponen atau bagian dari objek, dan lain sebagainya. Materi prinsip yaitu
dalil, rumus, adagium, postulat, teorema, atau hubungan antar konsep. Materi
prosedur adalah materi yang berkenaan dengan langkah-langkah sistematis atau
berurutan dalam mengerjakan suatu tugas. Klasifikasi materi pembelajaran pada
aspek pengetahuan secara lebih jelas dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi materi pembelajaran
menjadi fakta, konsep, prinsip, dan prosedur
No
|
Jenis Materi
|
Pengertian dan Contoh
|
1
|
Fakta
|
Menyebutkan kapan, berapa, nama, dan dimana
Contoh:
Negara RI merdeka pada tanggal 17 Agustus
1945.
Ujung Pandang terletak di Sulawesi Selatan.
|
2
|
Konsep
|
Definisi, identifikasi, klasifikasi,
cirri-ciri khusus
Contoh:
Hukum ialah peraturan yang harus dipatuhi dan apabila dilanggar maka
akan dikenai hukuman.
|
3
|
Prinsip
|
Penerapan dalil, hukum, atau rumus
(jika…maka…)
Contoh:
Hukum permintaan dan penawaran (Jika penawaran tetap, permintaan naik,
maka harga akan naik)
|
4
|
Prosedur
|
Bagan arus atau bagan alur , algoritma,
langkah-langkah menjelaskan secara urut.
Contoh:
Langkah-langkah menggunakan mikroskop
yaitu:
….
|
b. Keterampilan sebagai Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran yang berhubungan dengan keterampilan
antara lain kemampuan mengembangkan ide, memilih, menggunakan bahan,
menggunakan peralatan, dan teknik kerja. Ditinjau dari level terampilnya
seseorang, aspek keterampilan dapat dibedakan menjadi gerak awal, semi rutin,
dan rutin (terampil). Keterampilan perlu disesuaikan dengan kebutuhan
siswa/peserta didik dengan memperhatikan aspek bakat, minat, dan harapan siswa
itu agar mampu mencapai penguasaan keterampilan bekerja (prevocational
skill) yang secara integral ditunjang oleh keterampilan hidup (life
skill).
c. Sikap atau Nilai sebagai Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran yang tergolong sikap atau nilai
adalah materi yang berkenaan dengan sikap ilmiah, antara lain:
1) Nilai–nilai kebersamaan, mampu bekerja berkelompok dengan
orang lain yang berbeda suku, agama, dan strata sosial;
2) Nilai kejujuran, mampu jujur dalam melaksanakan
observasi, eksperimen, tidak memanipulasi data hasil pengamatannya;
3) Nilai kasih sayang, tak membeda-bedakan orang lain yang
mempunyai karakter sama dan kemampuan sosial ekonomi yang berbeda semua sama-sama
makhluk Tuhan;
4) Tolong menolong, mau membantu orang lain yang membutuhkan
tanpa meminta dan mengharapkan imbalan apapun;
5) Semangat dan minat belajar, mempunyai semangat, minat,
dan rasa ingin tahu;
6) Semangat bekerja, mempunyai rasa untuk bekerja keras,
belajar dengan giat;
7) Mau menerima pendapat orang lain bersikap legowo, mau di
kritik, menyadari kesalahannya sehingga saran dari teman /orang lain dapat
diterima dan tidak sakit hati.
3.
Prinsip-Prinsip Pemilihan Bahan Ajar
Beberapa prinsip penyusunan bahan ajar yaitu
sebagai berikut.
a.
Prinsip
Relevansi (Keterkaitan)
Bahan ajar hendaknya relevan atau ada
kaitannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Contohnya,
jika kompetensi yang diharapkan dikuasai peserta didik adalah menghafal fakta
maka bahan ajarnya harus berupa fakta atau bahan hafalan.
b.
Prinsip
Konsistensi (Keajegan)
Bahan ajar hendaknya sesuai dengan kompetensi
dasar yang diajarkan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik
ada empat macam maka bahan ajar yang harus diajarkan mencakup empat macam
materi tersebut.
c.
Prinsip
Kecukupan
Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai
dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi
tidak boleh terlalu sedikilt dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu
sedikit akan kurang membantu peserta didik dalam mencapai standar kompetensi
dan jika terlalu banyak maka akan membuang-buang waktu dan tenaga.
4.
Langkah-Langkah Pemilihan Bahan Ajar
Langkah-langkah pemilihan bahan ajar yaitu
sebagai berikut.
a.
Mengidentifikasi
aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar
b.
Mengidentifikasi
jenis-jenis materi pembelajaran
c.
Memilih
jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
d.
Memilih
sumber bahan ajar
5.
Penentuan Cakupan dan Urutan Bahan Ajar
Penentuan cakupan atau ruang lingkup dan
kedalaman serta urutan bahan ajar merupakan hal yang penting diperhatikan.
Ketepatan dalam menentukan cakupan pembelajaran akan menghindarkan guru dari
mengajrakan terlalu sedikit, terlalu banyak, terlalu dangkal, atau terlalu
mendalam. Ketepatan urutan penyajian akan memudahkan bagi peserta didik dalam
mempelajari materi pembelajaran.
a.
Penentuan
cakupan bahan ajar
Hal yang perlu dilakukan dalam penentuan
cakupan bahan ajar yaitu memperhatikan materi pembelajaran, apakah materi itu
merupakan aspek kognitif, afektif, atau psikomotor. Selain memperhatikan jenis
materi juga harus memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam
menentukan cakupan yang menyangkut kedalaman dan keluasan. Keluasan cakupan
materi menggambarkan berapa banyak materi-materi dimasukkan dalam bahan ajar.
Kedalaman materi menyangkut seberapa detilnkonsep-konsep yang terkandung di
dalamnya harus dipelajari peserta didik.
b.
Penentuan
urutan bahan ajar
Suatu bahan ajar yang telah ditentukan
cakupannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan poko yaitu pendekatan
procedural dan pendekatan hirarki.
1)
Pendekatan
procedural
Urutan materi pembelajaran secara procedural
menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah
melaksanakan tugas.
2)
Pendekata
hirarki
Urutan materi pembelajaran secara hirarki
menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas
ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari terlebih dahulu sebagai prasyarat untuk
mempelajari materi berikutnya.
6.
Penentuan Sumber Bahan Ajar
Sumber bahan ajar merupakan tempat bahan ajar
diperoleh. Berbagai sumber dapat digunakan untuk mendapatkan materi
pembelajaran. Contoh sumber-sumber bahan ajar yaitu sebagai berikut:
a.
Buku teks
b.
Jurnal
c.
Pakar
bidang studi
d.
Professional
e.
Buku
kurikulum
f.
Penerbitan
berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan
g.
Internet
h.
Media
audio visual
i.
Lingkungan
sekitar (alam, social budaya, teknik, industry, ekonomi,)
7.
Bentuk Pengemasan Materi Pembelajaran
a. Buku Teks Pelajaran
Buku teks pelajaran meliputi buku teks utama dan buku teks pelengkap. Buku
teks utama berisi bahan-bahan pelajaran suatu bidang studi yang digunakan
sebagai buku pokok bagi siswa dan guru, sedangkan buku teks pelengkap adalah
buku yang sifatnya membantu atau merupakan tambahan bagi buku teks utama dan
digunakan oleh guru dan siswa. Dari sisi formal, buku teks pelajaran
diterbitkan oleh penerbit tertentu dan memiliki ISBN.
Buku teks pelajaran seharusnya mempunyai dua misi utama, yaitu Pertama, optimalisasi pengembangan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Kedua, pengetahuan tersebut harus menjadi target utama dari
buku pelajaran yang digunakan di sekolah. Teknik, metode, atau pendekatan yang
dikembangkan oleh penulis dan penerbit buku tidak terlepas dari keterkaitan
dengan apa yang sedang diprogramkan oleh Depertemen Pendidikan Nasional, yaitu
bahwa buku pelajaran harus mengacu pada kurikulum yang berlaku, berorientasi
pada keterampilan proses dengan menggunakan pendekatan kontekstual, teknologi
dan masyarakat, serta demonstrasi dan eksperimen. Selain itu, suatu buku
pelajaran harus dapat menggambarkan dengan jelas keterpaduan atau keterkaitan
dengan disiplin ilmu lainnya.
1)
Standar
Buku Teks
Pelajaran
Setiap buku teks pelajaran diharapkan memenuhi
standar-standar tertentu. Standar yang dimaksud meliputi persyaratan,
karakteristik, dan kompetensi minimum yang harus terkandung di dalam suatu buku
pelajaran. Standar penilaian dirumuskan dengan melihat tiga aspek utama, yaitu materi, penyajian, dan bahasa/keterbacaan.
a)
Standar yang berkaitan dengan aspek materi yang harus ada dalam setiap buku pelajaran adalah sebagai berikut.
(1) kelengkapan materi;
(2) keakuratan materi;
(3) kegiatan yang mendukung
materi;
(4) kemutakhiran materi;
(5) upaya meningkatkan kompetensi
siswa;
(6) pengorganisasian materi
mengikuti sistematika keilmuan;
(7) materi mengembangkan
keterampilan dan kemampuan berpikir;
(8) materi merangsang siswa untuk
melakukan inquiry;
(9) penggunaan
notasi, simbol, dan satuan.
b)
Standar yang berkaitan dengan aspek penyajian yang harus ada dalam setiap buku
pelajaran adalah sebagai berikut:
1)
organisasi penyajian umum;
2)
organisasi penyajian per bab;
3)
penyajian mempertimbangkan kebermaknaan dan kebermanfaatan;
4)
melibatkan siswa secara aktif;
5)
mengembangkan proses pembentukan pengetahuan;
6)
tampilan umum;
7)
variasi dalam cara penyampaian informasi;
8)
meningkatkan kualitas pembelajaran;
9)
anatomi buku pelajaran;
10) memperhatikan
kode etik dan hak cipta;
11) memperhatikan
kesetaraan gender dan kepedulian terhadap lingkungan;
c)
Standar yang berkaitan dengan aspek bahasa/keterbacaan yang harus ada dalam setiap buku pelajaran
adalah sebagai berikut:
1)
bahasa Indonesia yang baik dan
benar;
2)
peristilahan;
3)
kejelasan bahasa;
4)
kesesuaian bahasa;
5)
kemudahan untuk dibaca.
Analisis materi yang telah diuraikan di atas masih
perlu dirinci lagi dan digabungkan dengan kajian kemampuan untuk dikemas
sebagai buku teks pelajaran. Dari hasil kajian kemampuan yang terdapat dalam
standar kompetensi dan kompetensi dasar, materi yang telah dianalisis
dijabarkan dalam bentuk proses pembelajaran sebagai berikut:
1)
Sebagai kegiatan motivasi awal, disajikan wacana “manusia perlu makan
karena memerlukan energi untuk beraktivitas”, perahu dapat bergerak karena
didayung dan perahu layar dapat bergerak karena ada dorongan angin ke
layar. Setelah itu merumuskan permasalahan “ Masih adakah bentuk energi
yang lain? .
2)
Untuk mencapai kemampuan menjelaskan hubungan bentuk energi dan
perubahannya, pertama diperkenalkan model konseptual yang menginformasikan fenomena-fenomena
alam yang dikenal siswa misalnya gambar matahari sedang bersinar, lampu
pijar, setrika, kipas angin, terompet, terjun payung, lonceng, bel, telepon,
kemudian siswa mengisi tabel yang isinya menuliskan nama benda dan bentuk enrgi
yang dihasilkan (mengidentifikasi)
3)
Langkah demi langkah siswa diarahkan hingga dapat meyimpulkan bahwa energi
dapat berubah bentuk menjadi bentuk energi lain.
4)
Pada kegiatan aplikasi konsep disajikan prinsip perubahan energi pada sel
surya.
5)
Tugas yang harus dilakukan siswa berikutnya adalah membuat benda
yang dapat menunjukkan perubahan energi listrik menjadi energi gerak kemudian
diubah lagi menjadi energi cahaya.
6)
Pembelajaran diakhiri dengan melakukan evaluasi.
2)
Pemilihan Buku Pelajaran
Buku pelajaran yang ada di lapangan, ditinjau dari jumlah, jenis, maupun
kualitasnya sangat bervariasi. Sementara itu, buku pelajaran pada umumnya
menjadi rujukan utama dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, jika mutu buku
tidak memenuhi standar mutu, terutama dalam kaitannya dengan konsep dan
aplikasi konsep (miskonsepsi, bahkan salah konsep), buku tersebut menjadi
sumber pembodohan, bukan sumber pencerdasan anak didik.
Mengingat pentingnya peran buku pelajaran dalam peningkatan
mutu pembelajaran diperlukan pengawasan atas buku pelajaran yang akan
diedarkan. Pemerintah melalui Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
telah melakukan penilaian atas buku pelajaran untuk jenjang sekolah dasar dalam
mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, Pengetahuan Sosial, dan Matematika.
demikian, buku-buku yang akan diedarkan telah memenuhi standar mutu.
Untuk membantu memudahkan sekolah atau masyarakat dalam memilih buku
pelajaran yang baik, terstandarisasi, dan sesuai dengan kebutuhan siswa serta
kebutuhan pengembangan pembelajaran, perlu pedoman Pemilihan Buku Pelajaran.
Buku yang dipilih harus buku yang memenuhi standar kualitas yang baik dan
terjamin, baik dari segi kebenaran dan kesesuaian konsep, aspek penyajian,
aspek bahasa, dan grafika, apalagi ada himbauan dari pemerintah bahwa buku
pelajaran berlaku untuk lima tahun.
Adapun kriteria buku untuk sekolah yang dapat dijadikan standar di dalam
pemilihan adalah:
a)
Buku yang dipilih adalah buku yang sudah terstandarisasi (direkomendasi
oleh Dirjen Dikdasmen Depdiknas) dan juga telah direkomendasikan oleh Kepala
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota masing-masing.
b)
Kesesuaian latar sosial (tempat dan waktu) dengan wilayah masing-masing.
c)
Latar sosial (tempat dan waktu), di samping sesuai, diperhatikan pula unsur
nasional dan global.
d)
Kesesuaian konteks dalam penyajian buku pelajaran dengan keadaan dan
kondisi sekolah.
e)
Kesesuaian penyajian dalam buku pelajaran dengan tingkat pemahaman siswa
pada umumnya di sekolah tersebut.
f)
Mimiliki kesesuaian dengan program pembelajaran yang akan dikembangkan oleh
sekolah.
g)
Ada jaminan bahwa buku tersebut tersedia, mudah didapat di
pasaran lokal, dan sesuai dengan kebutuhan sekolah.
b.
Modul
1)
Pengertian Modul
a)
Suatu unit bahan yang dirancang secara khusus sehingga
dipelajarai oleh pelajar secara mandiri.
b)
Merupakan program pembelajaran yang utuh, disusun secara sistematis,
mengacu pada tujuan pembelajaran yang jelas dan terukur.
c)
Memuat tujuan pembelajaran, bahan dan kegiatan untuk mencapai tujuan serta
evaluasi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.
d)
Biasanya digunakan sebagai bahan belajar mandiri .
2)
Komponen Modul
a) Modul untuk
siswa, berisi kegiatan belajar yang dilakukan siswa.
b) Modul Untuk Guru,
berisi petunjuk guru, tes akhir modul, dan kunci jawaban tes akhir modul.
3)
Karakteristik Modul
a) Dirancang untuk sistem
pembelajaran mandiri.
b) Program pembelajaran yang utuh
dan sistematis.
c) Mengandung tujuan,
bahan/kegiatan dan evaluasi.
d) Disajikan secara komunikatif,
dua arah.
e) Diupayakan agar dapat
mengganti beberapa peran pengajar.
f) Cakupan bahasan terfokus dan
terukur.
g) Mementingkan aktifitas belajar
pemakai.
4)
Struktur Modul
a)
Pendahuluan
Pendahuluan setidaknya memuat lima elemen, yaitu
(1) Tujuan
(2) Pengenalan terhadap topik yang
akan dipelajari
(3) Informasi tentang pelajaran
(4) Hasil Belajar
(5) Orientasi
b)
Kegiatan Belajar
Struktur Kegiatan Belajar meliputi
Kegiatan Belajar I: Judul
(1) Tujuan
(2) Materi Pokok
(3) Uraian materi, berisi
penjelasan, contoh, ilustrasi, aktivitas, tugas/latihan, rangkuman
(4) Tes Mandiri 1
Kegiatan Belajar 2 : Judul,
struktur seperti Kegiatan Belajar I. Bentuk Aktivitas Belajar, antara lain:
(1) Aktivitas Mental/Pikiran
(aktivitas yang bersifat memotivasi untuk berfikir)
(2) Aktivitas Membaca/Menulis
(aktivitas yang bersifat memotivasi untuk mau membaca dan menjawab pertanyaan
secara tertulis).
(3) Aktivitas Melakukan Tindakan
Lain (aktivitas yang bersifat memotivasi untuk melakukan kegiatan, penelitian,
praktikum, observasi, demonstrasi, tugas pekerjaan rumah). Contoh aktivitas ini
berupa tugas melakukan pekerjaan dan praktikum.
c) Penutup
(1) Salam, Rangkuman, aplikasi,
tindak lanjut, kaitan dengan modul berikutnya
(2) Daftar Kata Penting
(3) Daftar Pustaka
(4) Kunci Tes Mandiri
Modul yang baik ditentukan berdasarkan:
(1) kecermatannya (accuracy);
(2) ketepatannya (matching);
(3) kecukupannya (sufficiency);
(4) keterbacaannya (readability);
(5) bahasanya (fluency);
(6) illustrasinya (attractiveness);
(7) perwajahannya (impression).
5)
Bahasa dalam modul
a) Gunakan bahasa percakapan,
bersahabat, komunikatif
b) Buat bahasa lisan dalam bentuk
tulisan
c) Gunakan sapaan akrab yang
menyentuh secara pribadi ( Kata ganti )
d) Pilih kalimat sederhana,
pendek, tidak beranak cucu
e) Hindari istilah yang sangat
asing dan terlalu teknis
f) Hindari kalimat pasif dan
negatif ganda
g) Gunakan pertanyaan retorik
h) Sesekali bisa digunakan
kalimat santai, humor, ngetrend
i)
Gunakan bantuan ilustrasi untuk informasi yang abstrak
j)
Berikan ungkapan pujian, memotivasi
k) Ciptakan kesan modul sebagai
bahan belajar yang hidup
6)
Penyajian Materi dalam Modul
Materi disajikan secara naratif, deskriptif, argumentatif, dan
Illustratif. Beberapa kiat lain terkait penyajian materi ini adalah sebagai
berikut.
a)
Gunakan Pertanyaan Retorik
b) Hindari ancaman
c)
Berbicara dengan
pembaca
d)
Gunakan kata ganti orang
e)
Hindari Kalimat Negatif Ganda
f)
Kalimat Aktif Lebih Dianjurkan
g)
Lihatlah Perasaan Pembaca
c.
Diktat
Diktat termasuk salah satu jenis cara pengemasan materi pembelajaran
seperti buku, namun tidak selengkap buku dan digunakan untuk kalangan sendiri
(secara formal, diktat tidak memiliki ISBN). Penyusunan diktat mengacu
juga pada pedoman pengembangan materi pembelajaran. Biasanya diktat digunakan
untuk kalangan sendiri sebagai pendukung buku teks pelajaran, dan dikarang oleh
guru yang bersangkutan. Oleh karena itu isi diktat seyogianya lebih bersifat
kontekstual. Sebelum menyusun diktat hendaknya dicermati keadaan potensi
sekolah, dan lingkungan materi yang disampaikan menjadi kontekstual.
d.
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Pemilihan materi pembelajaran seharusnya berpijak pada pemahaman bahwa
materi pembelajaran tersebut menyediakan aktivitas-aktivitas yang berpusat pada
siswa (Collete dan Chiappetta, 1994). Materi pembelajaran yang menyediakan
aktivitas berpusat pada siswa ini dapat dikemas dalam bentuk Lembar Kerja Siswa
(LKS).
Selama ini sering terdengar keluhan bahwa LKS hanya berisi latihan
soal-soal, dan siswa diminta mengerjakannya pada saat jam kosong atau untuk PR.
Tentu saja LKS tidaklah melulu berisi latihan soal. Berikut ini adalah
alternatif-alternatif tujuan pengemasan materi pembelajaran dalam bentuk LKS.
Sebagai guru, Anda dapat mewujudkan kreativitas Anda mengemas materi
pembelajaran dalam bentuk LKS untuk tujuan selain yang tertulis di bawah ini.
1.
LKS yang membantu siswa menemukan suatu konsep
Sesuai dengan prinsip konstruktivisme, seseorang akan belajar jika ia aktif
mengkonstruksi pengetahuan di dalam otaknya. Salah satu cara implementasi di
kelas adalah dengan cara mengemas materi pembelajaran dalam bentuk LKS yang
memiliki ciri LKS mengetengahkan terlebih dahulu suatu fenomena yang
bersifat konkrit, sederhana, dan berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari.
Berdasarkan pengematannya, selanjutnya siswa diajak untuk mengkonstuksi
pengetahuan yang didapatnya tersebut.
LKS jenis ini ini memuat apa yang (harus) dilakukan siswa, meliputi melakukan,
mengamati, dan menganalisis. Rumuskan langkah-langkah yang harus dilakukan siswa kemudian mintalah siswa untuk mengamati
fenomena hasil kegiatannya, dan berilah pertanyaan-pertanyaan analisis yang membantu siswa mengkaitkan fenomena yang diamati
dengan konsep yang akan dibangun siswa dalam benaknya.
Materi pembelajaran dalam LKS di atas (diberi label LKS
Kegiatan Penyelidikan) adalah
ciri-ciri makhluk hidup. Alih-alih diceramahkan, ternyata materi pembelajaran
ini dapat dikemas dalam suatu LKS dan siswa diharapkan menemukan sendiri
ciri-ciri makhluk hidup. Dalam penggunaannya tentu saja LKS ini didampingi oleh
sumber belajar lain, misalnya buku, untuk bahan verifikasi bagi siswa, misalnya
apakah masih ada lagi ciri-ciri makhluk hidup yang belum teridentifikasi.
Materi pembelajaran dalam LKS di atas (diberi label LKS Lab Mini) matematika-lingkaran. LKS ini dapat pula didemonstrasikan dan siswa diminta mengamati, lalu melakukan analisis dan mengisikan jawabannya dalam LKS tersebut.
Materi pembelajaran dalam LKS di atas (diberi label LKS Lab Mini) matematika-lingkaran. LKS ini dapat pula didemonstrasikan dan siswa diminta mengamati, lalu melakukan analisis dan mengisikan jawabannya dalam LKS tersebut.
2.
LKS yang membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep
yang telah ditemukan
Di dalam sebuah pembelajaran, setelah siswa berhasil menemukan konsep,
siswa selanjutnya dilatih untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini adalah contoh LKS yang
membantu siswa menerapkan konsep pesawat sederhana dapat membantu memudahkan
kerja dalam kehidupan sehari-hari sekaligus melatihkan kemampuan merancang dan
melaksanakan percobaan.
3.
LKS yang berfungsi sebagai penuntun belajar
LKS ini berisi
pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku. Siswa akan dapat
mengerjakan LKS tersebut jika ia membaca buku, sehingga fungsi utama LKS ini
adalah membantu siswa menghafal dan memahami materi pembelajaran yang terdapat
di dalam buku. LKS ini juga sesuai untuk keperluan remidi.
4.
LKS yang berfungsi sebagai penguatan
LKS ini diberikan setelah siswa selesai mempelajari topik tertentu. Materi
pembelajaran yang dikemas di dalam LKS ini lebih mengarah pada pendalaman dan
penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku pelajaran. LKS ini
juga cocok untuk pengayaan.
5.
LKS yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum
Alih-alih memisahkan petunjuk praktikum ke dalam buku tersendiri, Anda
dapat menggabungkan petunjuk praktikum ke dalam kumpulan LKS. Tentang pembuatan
petunjuk praktikum dapat Anda dalam seksi selanjutnya.
e.
Petunjuk Praktikum
Mengacu kepada Meril Physical Science: Laboratory
Manual (1995), isi petunjuk
praktikum diorganisasikan sebagai berikut.
1)
Pengantar
Berisi uraian singkat yang
mengetengahkan bahan pelajaran (berupa konsep-konsep IPA) yang dicakup dalam
kegiatan/praktikum. Selanjutnya tuliskan Informasi khusus yang berkaitan dengan
masalah yang akan dipecahkan melalui praktikum.
2)
Tujuan
Memuat tujuan yang berkaitan
dengan permasalahan yang diungkapkan di pengantar atau berkaitan dengan unjuk
kerja siswa (misalnya dapat membuat grafik kecepatan terhadap waktu)
3)
Alat dan Bahan
Memuat alat dan bahan yang
diperlukan. Saat merumuskan alat dan bahan, yakinkan pada diri Anda bahwa
peralatan tersebut dapat Anda peroleh untuk kelas IPA Anda. Bila diperlukan,
rancanglah kebutuhan alat dan bahan sehingga untuk beberapa di antaranya dapat
dipenuhi oleh siswa dengan membawa dari rumah.
4)
Prosedur/Langkah Kegiatan
Merupakan instruksi untuk
melakukan kegiatan selangkah demi selangkah. Bila Anda anggap perlu, tampilkan
sketsa gambar untuk mempermudah kerja siswa.
5)
Data Hasil Pengamatan
Meliputi tabel-tabel data atau
grafik kosong yang dapat diisi siswa untuk membantu siswa mengorganisasikan
data. Selain itu berikan tempat agar siswa dapat menuliskan semua hasil
pengamatan dengan indera yang sesuai.
6)
Analisis
Bagian ini membimbing siswa
untuk melakukan langkah-langkah analisis data sehingga kesimpulan dapat
diperoleh. Bagian ini dapat berupa pertanyaan atau isian yang jawabannya berupa
perhitungan terhadap data. Bisa juga pada bagian ini Anda meminta siswa untuk
membuat grafik, untuk melihat hubungan sebab-akibat antara dua hal seperti yang
dirumuskan dalam masalah.
7)
Kesimpulan
Berisi pertanyaan-pertanyaan
yang didesain sedemikian rupa hingga jawabannya berupa kesimpulan (menjawab
permasalahan). Anda dapat pula memasukkan pertanyaan yang mengaitkan hasil
praktikum dengan konsep-konsep IPA dan penerapannya.
8)
Langkah Selanjutnya
Merupakan kegiatan perluasan,
proyek, atau telaah pustaka yang membantu siswa belajar lebih lanjut tentang
materi pembelajaran yang dia pelajari melalui kegiatan praktikum ini serta
penerapannya dalam bidang-bidang lain.
8.
Langkah-Langkah Pemanfaatan Bahan Ajar
Pemanfaatan bahan ajar dapat dilakukan oleh
guru dan juga oleh peserta didik. Berikut ini akan disampaikan strategi
penyampaian bahan ajar oleh guru dan strategi mempelajari bahan ajar oleh
peserta didik.
a.
Strategi
Penyampaian Bahan Ajar Oleh Guru
1)
Strategi
urutan penyampaian simultan
Materi secara keseluruhan diajarkan secara
serentak kemudian diajarkan satu per satu.
2)
Strategi
urutan penyampaian suksesif
Sebuah materi satu demi satu disajikan secara
mendalam baru kemudian secara berurutan materi berikutnya secara mendalam pula.
3)
Strategi
penyampaian fakta
Jika guru harus menyajikan materi
pembelajaran yang termasuk jenis fakta, strategi yang tepat adalah sebagai
berikut.
a)
Sajikan
materi fakta dengan lisan, tulisan, atau gambar
b)
Berikan
bantuan kepada peserta didik untuk menghafal
Bantuan diberikan dalam bentuk penyampaian
secara bermakna menggunakan jembatan keledai atau jembatan ingatan.
4)
Strategi
penyampaian konsep
Langkah-langkah mengajarkan konsep yaitu:
a)
Sajikan konsep
b)
Berikan
bantuan, misalnya berupa inti isi, contoh, dan bukan contoh
c)
Berikan
latihan, misalnya berupa tugas untuk mencari contoh lain
d)
Berikan
umpan balik
e)
Berikan
tes
5)
Strategi
penyampaian pembelajaran prinsip
Langkah-langkah menyajikan prinsip yaitu:
a)
Sajikan
prinsip
b)
Berikan
bantuan, misalnya berupa contoh penerapan prinsip
c)
Berikan
latihan
d)
Berikan
umpan balik
e)
Berikan
tes
6)
Strategi
penyampaian prosedur
Langkah-langkah menyajikan prinsip yaitu:
a)
Menyajikan
prosedur
b)
Berikan
bantuan dengan mendemonstrasikan bagaimana cara melaksanakan prosedur
c)
Berikan
latihan (praktik)
d)
Berikan
umpan balik
e)
Berikan
tes
7)
Strategi
penyampaian materi afektif
Beberapa strategi penyampaian afektif antara
lain penciptaan kondisi, pemodelan atau contoh, demonstrasi, simulasi,
penyampaian ajaran atau dogma.
b.
Srategi
Mempelajari Bahan Ajar Oleh Peserta Didik
1)
Menghafal
Terdapat dua jenis menghafal yaitu menghafal
verbal (remember verbatim) dan
menghafal paraphrase (remember paraphrase).
Menghafal verbal adalah menghafal persis seperti apa adanya. Menghafal
paraphrase adalah menghafal dengan bahasa atau kalimat sendiri.
2)
Menggunakan/Mengaplikasikan
Materi pembelajaran setelah dihafal atau
dipahami kemudian digunakan atau diaplikasikan. Dalam proses pembelajaran,
peserta didik perlu memiliki kemampuan untuk menggunakan, menerapkan atau
menerapkan materi ayng telah dipelajari. Penggunaan fakta atau data adalah
untuk dijadikan bukti dalam rangka pengambilan keputusan. Pengguanaan materi
konsep adalah untuk menyusun proposisi, dalil, atau rumus. Selain itu,
penggunaan konsep adalah untuk menggeneralisasi atau membedakan.Penerapan atau
penggunaan prinsip adalah untuk memecahkan masalah pada kasus-kasus lain.
Penggunaan prosedur adalah untuk dikerjakan atau dipraktekkan. Penggunaan
materi sikap adalah berperilaku sesuai materi sikap atau nilai yang telah
dipelajari.
3)
Menemukan
Penemuan adalah menemukan cara memecahkan
masalah-masalh baru dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur
yang telah dipelajari.
4)
Memilih
Memilih merupakan aspek afektif.memilih
merupakan berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. (2004).
Pedoman Pemilihan dan Pemanfaatan Bahan Ajar. Jakarta: Ditjen
Dikdasmen.
hai, saya lia.. mau tanya cara untuk mendapatkan sumber dari depdiknas itu bagaimana ya? hehehe.. saya sudah coba mencari tetapi tidak dapat :( thankyou...
BalasHapus