Kamis, 05 Juli 2012

BINTANG


1.         Pengertian
Bintang merupakan benda langit yang memancarkan cahaya. Bintang dapat dibedakan menjadi bintang semu dan bintang nyata. Bintang semu adalah bintang yang tidak menghasilkan cahaya sendiri tetapi memantulkan cahaya yang diterima dari bintang lain. Bintang nyata adalah bintang yang menghasilkan cahaya sendiri. Secara umum sebutan bintang adalah objek luar angkasa yang menghasilkan cahaya sendiri (bintang nyata).
Menurut ilmu astronomi, definisi bintang adalah: “Semua benda masif (bermassa antara 0,08 hingga 200 massa matahari) yang sedang dan atau pernah melangsungkan pembangkitan energi melalui reaksi fusi nuklir. Bintang katai putih dan bintang neutron disebut sebagai bintang. Bintang katai putih dan bintang neutron sudah tidak memancarkan cahaya atau energi tetap namun kedua jenis bintang tersebut masih melangsungkan reaksi fusi nuklir. Bintang terdekat dengan bumi adalah matahari yang berjarak sekitar 149.680.000 kilometer. Bintang kedua terdekat dari bumi adalah Proxima Centauri dalam rasi bintang Centaurus yang berjarak sekitar empat tahun cahaya.

2.         Sejarah Pengamatan
2
Pengetahuan tentang bintang-bintang telah menjadi bagian dari setiap kebudayaan. Keberadaan bintang-bintang digunakan dalam praktek-praktek keagamaan, navigasi, dan bercocok tanam. Kalender matahari mendasarkan diri pada posisi bumi relatif terhadap matahari. Astronom-astronom awal seperti Tycho Brahe berhasil mengenali “bintang-bintang baru” di langit. Bintang-bintang tersebut kemudian dinamakan novae.
Pada tahun 1584 Giordano Bruno mengusulkan bahwa bintang-bintang sebenarnya adalah matahari-matahari lain. Bintang mungkin saja memiliki planet-planet seperti Bumi di dalam orbitnya seperti ide yang telah diusulkan sebelumnya oleh filsuf-filsuf Yunani kuno seperti Democritus dan Epicurus. Pada abad berikutnya, ide bahwa bintang adalah matahari yang letaknya jauh mencapai konsensus di antara para astronom. Penjelasan mengenai mengapa bintang-bintang ini tidak memberikan tarikan gravitasi pada tata surya diusulkan oleh Isaac Newton.  Isaac Newton mengusulkan bahwa bintang-bintang terdistribusi secara merata di seluruh langit, sebuah ide yang berasal dari teolog Richard Bentley.
Astronom Italia Geminiano Montanari merekam adanya perubahan luminositas pada bintang Algol pada 1667. Edmond Halley merupakan orang pertama yang melakukan pengukuran gerak dari sepasang bintang “tetap”. Hal tersebut memperlihatkan bahwa bintang-bintang berubah posisi dari sejak pengukuran yang dilakukan Ptolemaeus dan Hipparchus. Pengukuran jarak bintang 61 Cygni secara langsung dilakukan pada 1838 oleh Friedrich Bessel menggunakan teknik paralaks. William Herschel adalah astronom pertama yang mencoba menentukan distribusi bintang di langit. Selama tahun 1780an ia melakukan pencacahan di sekitar 600 daerah langit berbeda. Ia kemudian menyimpulkan bahwa jumlah bintang bertambah secara tetap ke suatu arah langit, yakni pusat galaksi Bima Sakti. Putranya John Herschel mengulangi pekerjaan yang sama di hemisfer langit sebelah selatan dan menemukan hasil yang sama. Selain itu William Herschel juga menemukan bahwa beberapa pasangan bintang tidak kebetulan berada dalam satu arah garis pandang, melainkan mereka memang secara fisik berpasangan membentuk sistem bintang ganda.



3.         Klasifikasi Bintang
Berdasarkan spektrumnya, bintang dibagi ke dalam tujuh kelas utama yang dinyatakan dengan huruf O, B, A, F, G, K, M. Kelas-kelas tersebut menunjukkan urutan suhu, warna dan komposisi kimianya. Klasifikasi ini dikembangkan oleh Observatorium Universitas Harvard dan Annie Jump Cannon pada tahun 1920an dan dikenal sebagai system klasifikasi Harvard. Kualitas spektrogram yang lebih baik memungkinkan penggolongan ke dalam 10 sub-kelas yang diindikasikan oleh sebuah bilangan (0 hingga VIII). Sudah menjadi kebiasaan untuk menyebut bintang-bintang di awal urutan sebagai bintang tipe awal dan yang di akhir urutan sebagai bintang tipe akhir. Jadi, bintang A0 bertipe lebih awal daripada F5, dan K0 lebih awal daripada K5.

Tabel 1. Klasifikasi bintang berdasarkan system klasifikasi Harvard
Kelas
Warna
Suhu Permukaan (°C)
Contoh bintang
O
Biru
>25.000
spica
B
Putih-biru
11.000 – 25.000
Rigel
A
Putih
7.500 – 11.000
Sirius
F
Putih-kuning
6.000 – 7.500
Procyon A
G
Kuning
5.000 – 6.000
Matahari
K
Jingga
3.500 – 5.000
Acturus
M
merah
<3.500
betelgues

Pada tahun 1943, William Wilson Morgan, Phillip C. Keenan, dan Edith Kellman dari Observatorium Yerkes menambahkan sistem pengklasifikasian berdasarkan kuat cahaya atau luminositas, yang seringkali merujuk pada ukurannya. Pengklasifikasian tersebut dikenal sebagai sistem klasifikasi Yerkes dan membagi bintang ke dalam kelas-kelas berikut :


Tabel 2. Klasifikasi bintang berdasarkan system klasifikasi Yerkes
Kelas
Nama
0
Maha maha raksasa
I
Maharaksasa
II
Raksasa-raksasa terang
III
Raksasa
IV
Sub-raksasa
V
deret utama (katai)
VI
sub-katai
VII
katai putih

Umumnya kelas bintang dinyatakan dengan dua sistem pengklasifikasian di atas. Matahari kita misalnya, adalah sebuah bintang dengan kelas G2V, berwarna kuning, bersuhu dan berukuran sedang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar