Senin, 31 Desember 2012

PEMILIHAN DAN PEMANFAATAN BAHAN AJAR SAINS



1.         Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar atau materi pembelajaran secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari peserta didik dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.  Ditinjau dari pihak guru, bahan ajar itu harus diajarkan atau disampaikan dalam kegiatan pembelajaran. Ditinjau dari pihak peserta didik, bahan ajar itu harus dipelajari dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar tertentu.

2.         Isi Materi Pembelajaran
a.    Pengetahuan sebagai Materi Pembelajaran
Suatu pengetahuan dapat berupa fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Materi fakta misalnya nama-nama objek, lambang, peristiwa, sejarah, nama tempat, nama orang, dan sebagainya. Materi konsep  mislanya pengertian, definisi, cirri khusus, komponen atau bagian dari objek, dan lain sebagainya. Materi prinsip yaitu dalil, rumus, adagium, postulat, teorema, atau hubungan antar konsep. Materi prosedur adalah materi yang berkenaan dengan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu tugas. Klasifikasi materi pembelajaran pada aspek pengetahuan secara lebih jelas dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi materi pembelajaran menjadi fakta, konsep, prinsip, dan prosedur
No
Jenis Materi
Pengertian dan Contoh
1
Fakta
Menyebutkan kapan, berapa, nama, dan dimana
Contoh:
Negara RI merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.
Ujung Pandang terletak di Sulawesi Selatan.
2
Konsep
Definisi, identifikasi, klasifikasi, cirri-ciri khusus
Contoh:
Hukum ialah peraturan yang harus dipatuhi dan apabila dilanggar maka akan dikenai hukuman.
3
Prinsip
Penerapan dalil, hukum, atau rumus (jika…maka…)
Contoh:
Hukum permintaan dan penawaran (Jika penawaran tetap, permintaan naik, maka harga akan naik)
4
Prosedur
Bagan arus atau bagan alur , algoritma, langkah-langkah menjelaskan secara urut.
Contoh:
Langkah-langkah menggunakan mikroskop yaitu:
….
b.   Keterampilan sebagai Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran yang berhubungan dengan keterampilan antara lain kemampuan mengembangkan ide, memilih, menggunakan bahan, menggunakan peralatan, dan teknik kerja. Ditinjau dari level terampilnya seseorang, aspek keterampilan dapat dibedakan menjadi gerak awal, semi rutin, dan rutin (terampil). Keterampilan perlu disesuaikan dengan kebutuhan siswa/peserta didik dengan memperhatikan aspek bakat, minat, dan harapan siswa itu agar mampu mencapai penguasaan keterampilan bekerja (prevocational skill) yang secara integral ditunjang oleh keterampilan hidup (life skill).
c.    Sikap atau Nilai sebagai Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran yang tergolong sikap atau nilai adalah materi yang berkenaan dengan sikap ilmiah, antara lain:
1)   Nilai–nilai kebersamaan, mampu bekerja berkelompok dengan orang lain yang berbeda suku, agama, dan strata sosial;
2)   Nilai kejujuran, mampu jujur dalam melaksanakan observasi, eksperimen, tidak memanipulasi data hasil pengamatannya;
3)   Nilai kasih sayang, tak membeda-bedakan orang lain yang mempunyai karakter sama dan kemampuan sosial ekonomi yang berbeda semua sama-sama makhluk Tuhan;
4)   Tolong menolong, mau membantu orang lain yang membutuhkan tanpa meminta dan mengharapkan imbalan apapun;
5)   Semangat dan minat belajar, mempunyai semangat, minat, dan rasa ingin tahu;
6)   Semangat bekerja, mempunyai rasa untuk bekerja keras, belajar dengan giat;
7)   Mau menerima pendapat orang lain bersikap legowo, mau di kritik, menyadari kesalahannya sehingga saran dari teman /orang lain dapat diterima dan tidak sakit hati.

3.         Prinsip-Prinsip Pemilihan Bahan Ajar
Beberapa prinsip penyusunan bahan ajar yaitu sebagai berikut.
a.         Prinsip Relevansi (Keterkaitan)
Bahan ajar hendaknya relevan atau ada kaitannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Contohnya, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai peserta didik adalah menghafal fakta maka bahan ajarnya harus berupa fakta atau bahan hafalan.
b.        Prinsip Konsistensi (Keajegan)
Bahan ajar hendaknya sesuai dengan kompetensi dasar yang diajarkan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik ada empat macam maka bahan ajar yang harus diajarkan mencakup empat macam materi tersebut.
c.         Prinsip Kecukupan
Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikilt dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu peserta didik dalam mencapai standar kompetensi dan jika terlalu banyak maka akan membuang-buang waktu dan tenaga.

4.         Langkah-Langkah Pemilihan Bahan Ajar
Langkah-langkah pemilihan bahan ajar yaitu sebagai berikut.
a.         Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar
b.        Mengidentifikasi jenis-jenis materi pembelajaran
c.         Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
d.        Memilih sumber bahan ajar

5.         Penentuan Cakupan dan Urutan Bahan Ajar
Penentuan cakupan atau ruang lingkup dan kedalaman serta urutan bahan ajar merupakan hal yang penting diperhatikan. Ketepatan dalam menentukan cakupan pembelajaran akan menghindarkan guru dari mengajrakan terlalu sedikit, terlalu banyak, terlalu dangkal, atau terlalu mendalam. Ketepatan urutan penyajian akan memudahkan bagi peserta didik dalam mempelajari materi pembelajaran.
a.         Penentuan cakupan bahan ajar
Hal yang perlu dilakukan dalam penentuan cakupan bahan ajar yaitu memperhatikan materi pembelajaran, apakah materi itu merupakan aspek kognitif, afektif, atau psikomotor. Selain memperhatikan jenis materi juga harus memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan yang menyangkut kedalaman dan keluasan. Keluasan cakupan materi menggambarkan berapa banyak materi-materi dimasukkan dalam bahan ajar. Kedalaman materi menyangkut seberapa detilnkonsep-konsep yang terkandung di dalamnya harus dipelajari peserta didik.
b.        Penentuan urutan bahan ajar
Suatu bahan ajar yang telah ditentukan cakupannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan poko yaitu pendekatan procedural dan pendekatan hirarki.
1)        Pendekatan procedural
Urutan materi pembelajaran secara procedural menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan tugas.
2)        Pendekata hirarki
Urutan materi pembelajaran secara hirarki menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari terlebih dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.

6.         Penentuan Sumber Bahan Ajar
Sumber bahan ajar merupakan tempat bahan ajar diperoleh. Berbagai sumber dapat digunakan untuk mendapatkan materi pembelajaran. Contoh sumber-sumber bahan ajar yaitu sebagai berikut:
a.         Buku teks
b.        Jurnal
c.         Pakar bidang studi
d.        Professional
e.         Buku kurikulum
f.         Penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan
g.        Internet
h.        Media audio visual
i.          Lingkungan sekitar (alam, social budaya, teknik, industry, ekonomi,)

7.      Bentuk Pengemasan Materi Pembelajaran
a.    Buku Teks Pelajaran
Buku teks pelajaran meliputi buku teks utama dan buku teks pelengkap. Buku teks utama berisi bahan-bahan pelajaran suatu bidang studi yang digunakan sebagai buku pokok bagi siswa dan guru, sedangkan buku teks pelengkap adalah buku yang sifatnya membantu atau merupakan tambahan bagi buku teks utama dan digunakan oleh guru dan siswa. Dari sisi formal, buku teks pelajaran diterbitkan oleh penerbit tertentu dan memiliki ISBN.
Buku teks pelajaran seharusnya mempunyai dua misi utama, yaitu Pertama, optimalisasi pengembangan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Kedua, pengetahuan tersebut harus menjadi target utama dari buku pelajaran yang digunakan di sekolah. Teknik, metode, atau pendekatan yang dikembangkan oleh penulis dan penerbit buku tidak terlepas dari keterkaitan dengan apa yang sedang diprogramkan oleh Depertemen Pendidikan Nasional, yaitu bahwa buku pelajaran harus mengacu pada kurikulum yang berlaku, berorientasi pada keterampilan proses dengan menggunakan pendekatan kontekstual, teknologi dan masyarakat,  serta demonstrasi dan eksperimen. Selain itu, suatu buku pelajaran harus dapat menggambarkan dengan jelas keterpaduan atau keterkaitan dengan disiplin ilmu lainnya. 
1)        Standar Buku Teks Pelajaran
Setiap buku teks pelajaran diharapkan memenuhi standar-standar tertentu. Standar yang dimaksud meliputi persyaratan, karakteristik, dan kompetensi minimum yang harus terkandung di dalam suatu buku pelajaran. Standar penilaian dirumuskan dengan melihat tiga aspek utama, yaitu materi, penyajian, dan bahasa/keterbacaan.
a)        Standar yang berkaitan dengan aspek materi yang harus ada dalam setiap buku pelajaran adalah sebagai berikut.
(1)      kelengkapan materi;
(2)      keakuratan materi;
(3)      kegiatan yang mendukung materi;
(4)      kemutakhiran materi;
(5)      upaya meningkatkan kompetensi siswa;
(6)      pengorganisasian materi mengikuti sistematika keilmuan;
(7)      materi mengembangkan keterampilan dan kemampuan berpikir;
(8)      materi merangsang siswa untuk melakukan inquiry;
(9)      penggunaan notasi, simbol, dan satuan.
b)        Standar yang berkaitan dengan aspek penyajian yang harus ada dalam setiap buku pelajaran adalah sebagai berikut:
1)        organisasi penyajian umum;
2)        organisasi penyajian per bab;
3)        penyajian mempertimbangkan kebermaknaan dan kebermanfaatan;
4)        melibatkan siswa secara aktif;
5)        mengembangkan proses pembentukan pengetahuan;
6)        tampilan umum;
7)        variasi dalam cara penyampaian informasi;
8)        meningkatkan kualitas pembelajaran;
9)        anatomi buku pelajaran;
10)    memperhatikan kode etik dan hak cipta;
11)    memperhatikan kesetaraan gender dan kepedulian terhadap lingkungan;
c)        Standar yang berkaitan dengan aspek bahasa/keterbacaan yang harus ada dalam setiap buku pelajaran  adalah sebagai berikut:
1)        bahasa Indonesia yang baik dan benar;
2)        peristilahan;
3)        kejelasan bahasa;
4)        kesesuaian bahasa;
5)        kemudahan untuk dibaca.
Analisis materi yang telah diuraikan di atas masih perlu dirinci lagi dan digabungkan dengan kajian kemampuan untuk dikemas sebagai buku teks pelajaran. Dari hasil kajian kemampuan yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar, materi yang telah dianalisis dijabarkan dalam bentuk proses pembelajaran sebagai berikut:
1)        Sebagai kegiatan motivasi awal, disajikan wacana “manusia perlu makan karena memerlukan energi untuk beraktivitas”, perahu dapat bergerak karena didayung dan perahu layar dapat bergerak karena ada dorongan angin ke layar.  Setelah itu merumuskan permasalahan “ Masih adakah bentuk energi yang lain? .
2)        Untuk mencapai kemampuan menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, pertama diperkenalkan model konseptual yang menginformasikan  fenomena-fenomena alam  yang dikenal siswa misalnya gambar matahari sedang bersinar, lampu pijar, setrika, kipas angin, terompet, terjun payung, lonceng, bel, telepon, kemudian siswa mengisi tabel yang isinya menuliskan nama benda dan bentuk enrgi yang dihasilkan (mengidentifikasi)
3)        Langkah demi langkah siswa diarahkan hingga dapat meyimpulkan bahwa energi dapat berubah bentuk menjadi bentuk energi lain.
4)        Pada kegiatan aplikasi konsep disajikan prinsip perubahan energi pada sel surya.
5)        Tugas yang harus dilakukan siswa berikutnya adalah membuat    benda yang dapat menunjukkan perubahan energi listrik menjadi energi gerak kemudian diubah lagi menjadi energi cahaya.
6)        Pembelajaran diakhiri dengan melakukan evaluasi.
2)        Pemilihan Buku Pelajaran
Buku pelajaran yang ada di lapangan, ditinjau dari jumlah, jenis, maupun kualitasnya sangat bervariasi. Sementara itu, buku pelajaran pada umumnya menjadi rujukan utama dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, jika mutu buku tidak memenuhi standar mutu, terutama dalam kaitannya dengan konsep dan aplikasi konsep (miskonsepsi, bahkan salah konsep), buku tersebut menjadi sumber pembodohan, bukan sumber pencerdasan anak didik.
Mengingat pentingnya peran buku pelajaran dalam peningkatan mutu pembelajaran diperlukan pengawasan atas buku pelajaran yang akan diedarkan. Pemerintah melalui Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional telah melakukan penilaian atas buku pelajaran untuk jenjang sekolah dasar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, Pengetahuan Sosial, dan Matematika. demikian, buku-buku yang akan diedarkan telah memenuhi standar mutu.
Untuk membantu memudahkan sekolah atau masyarakat dalam memilih buku pelajaran yang baik, terstandarisasi, dan sesuai dengan kebutuhan siswa serta kebutuhan pengembangan pembelajaran, perlu pedoman Pemilihan Buku Pelajaran. Buku yang dipilih harus buku yang memenuhi standar kualitas yang baik dan terjamin, baik dari segi kebenaran dan kesesuaian konsep, aspek penyajian, aspek bahasa, dan grafika, apalagi ada himbauan dari pemerintah bahwa buku pelajaran berlaku untuk lima tahun.
Adapun kriteria buku untuk sekolah yang dapat dijadikan standar di dalam pemilihan adalah:
a)    Buku yang dipilih adalah buku yang sudah terstandarisasi (direkomendasi oleh Dirjen Dikdasmen Depdiknas) dan juga telah direkomendasikan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota masing-masing.
b)   Kesesuaian latar sosial (tempat dan waktu) dengan wilayah masing-masing.
c)    Latar sosial (tempat dan waktu), di samping sesuai, diperhatikan pula unsur nasional dan global.
d)   Kesesuaian konteks dalam penyajian buku pelajaran dengan keadaan dan kondisi sekolah.
e)    Kesesuaian penyajian dalam buku pelajaran dengan tingkat pemahaman siswa pada umumnya di sekolah tersebut.
f)    Mimiliki kesesuaian dengan program pembelajaran yang akan dikembangkan oleh sekolah.
g)   Ada jaminan bahwa buku tersebut tersedia, mudah didapat di pasaran lokal, dan sesuai dengan kebutuhan sekolah.




b.   Modul
1)        Pengertian Modul
a)    Suatu unit bahan yang dirancang   secara  khusus sehingga dipelajarai oleh pelajar secara mandiri.
b)    Merupakan program pembelajaran yang utuh, disusun secara sistematis, mengacu pada tujuan pembelajaran yang jelas dan terukur.
c)    Memuat tujuan pembelajaran, bahan dan kegiatan untuk mencapai tujuan serta evaluasi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.
d)   Biasanya digunakan sebagai bahan belajar mandiri .
2)        Komponen Modul
a)    Modul untuk siswa, berisi kegiatan belajar yang dilakukan siswa.
b)   Modul Untuk Guru, berisi petunjuk guru, tes akhir modul, dan kunci jawaban tes akhir modul.
3)        Karakteristik Modul
a)      Dirancang untuk sistem pembelajaran mandiri.
b)      Program pembelajaran yang utuh dan sistematis.
c)      Mengandung tujuan, bahan/kegiatan dan evaluasi.
d)     Disajikan secara komunikatif, dua arah.
e)      Diupayakan agar dapat mengganti beberapa peran pengajar.
f)       Cakupan bahasan terfokus dan terukur.
g)      Mementingkan aktifitas belajar pemakai.
4)        Struktur Modul
a)        Pendahuluan
Pendahuluan setidaknya memuat lima elemen, yaitu
(1) Tujuan
(2) Pengenalan terhadap topik yang akan dipelajari
(3) Informasi tentang pelajaran
(4) Hasil Belajar
(5) Orientasi
b)        Kegiatan Belajar
Struktur Kegiatan Belajar meliputi
Kegiatan Belajar I: Judul
(1) Tujuan
(2) Materi Pokok
(3) Uraian materi, berisi  penjelasan, contoh, ilustrasi, aktivitas,  tugas/latihan, rangkuman
(4) Tes Mandiri 1
         Kegiatan Belajar 2 : Judul, struktur seperti Kegiatan Belajar I. Bentuk Aktivitas Belajar, antara lain:
(1) Aktivitas Mental/Pikiran (aktivitas yang bersifat memotivasi untuk berfikir)
(2) Aktivitas Membaca/Menulis (aktivitas yang bersifat memotivasi untuk mau membaca dan menjawab pertanyaan secara tertulis).
(3) Aktivitas Melakukan Tindakan Lain (aktivitas yang bersifat memotivasi untuk melakukan kegiatan, penelitian, praktikum, observasi, demonstrasi, tugas pekerjaan rumah). Contoh aktivitas ini berupa tugas melakukan pekerjaan dan praktikum.
c)    Penutup
(1) Salam, Rangkuman, aplikasi, tindak lanjut, kaitan dengan modul berikutnya
(2) Daftar Kata Penting
(3) Daftar Pustaka
(4) Kunci Tes Mandiri
Modul yang baik ditentukan berdasarkan:
(1) kecermatannya (accuracy);
(2) ketepatannya (matching);
(3) kecukupannya (sufficiency);
(4) keterbacaannya (readability);
(5) bahasanya (fluency);
(6) illustrasinya (attractiveness);
(7) perwajahannya (impression).
5)        Bahasa dalam modul
a)      Gunakan bahasa percakapan, bersahabat, komunikatif
b)      Buat bahasa lisan dalam bentuk tulisan
c)      Gunakan sapaan akrab yang menyentuh secara pribadi ( Kata ganti )
d)     Pilih kalimat sederhana, pendek, tidak beranak cucu
e)      Hindari istilah yang sangat asing dan terlalu teknis
f)       Hindari kalimat pasif dan negatif ganda
g)      Gunakan pertanyaan retorik
h)      Sesekali bisa digunakan kalimat santai, humor, ngetrend
i)        Gunakan bantuan ilustrasi untuk informasi yang abstrak
j)        Berikan ungkapan pujian, memotivasi
k)      Ciptakan kesan modul sebagai bahan belajar yang hidup
6)        Penyajian Materi dalam Modul
Materi disajikan secara  naratif, deskriptif, argumentatif, dan Illustratif. Beberapa kiat lain terkait penyajian materi ini adalah sebagai berikut.
a)    Gunakan Pertanyaan Retorik
b)   Hindari ancaman 
c)    Berbicara dengan pembaca 
d)   Gunakan kata ganti orang
e)    Hindari Kalimat Negatif Ganda
f)    Kalimat Aktif Lebih Dianjurkan
g)   Lihatlah Perasaan Pembaca



c.    Diktat
Diktat termasuk salah satu jenis cara pengemasan materi pembelajaran seperti buku, namun tidak selengkap buku dan digunakan untuk kalangan sendiri (secara formal, diktat tidak memiliki ISBN).  Penyusunan diktat mengacu juga pada pedoman pengembangan materi pembelajaran. Biasanya diktat digunakan untuk kalangan sendiri sebagai pendukung buku teks pelajaran, dan dikarang oleh guru yang bersangkutan. Oleh karena itu isi diktat seyogianya lebih bersifat kontekstual. Sebelum menyusun diktat hendaknya dicermati keadaan potensi sekolah, dan lingkungan  materi yang disampaikan menjadi kontekstual.

d.   Lembar Kerja Siswa (LKS)
Pemilihan materi pembelajaran seharusnya berpijak pada pemahaman bahwa materi pembelajaran tersebut menyediakan aktivitas-aktivitas yang berpusat pada siswa (Collete dan Chiappetta, 1994). Materi pembelajaran yang menyediakan aktivitas berpusat pada siswa ini dapat dikemas dalam bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS).
Selama ini sering terdengar keluhan bahwa LKS hanya berisi latihan soal-soal, dan siswa diminta mengerjakannya pada saat jam kosong atau untuk PR. Tentu saja LKS tidaklah melulu berisi latihan soal. Berikut ini adalah alternatif-alternatif tujuan pengemasan materi pembelajaran dalam bentuk LKS. Sebagai guru, Anda dapat mewujudkan kreativitas Anda mengemas materi pembelajaran dalam bentuk LKS untuk tujuan selain yang tertulis di bawah ini.
1.    LKS yang membantu siswa menemukan suatu konsep
Sesuai dengan prinsip konstruktivisme, seseorang akan belajar jika ia aktif mengkonstruksi pengetahuan di dalam otaknya. Salah satu cara implementasi di kelas adalah dengan cara mengemas materi pembelajaran dalam bentuk LKS yang memiliki ciri LKS mengetengahkan terlebih dahulu suatu fenomena yang bersifat konkrit, sederhana, dan berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. Berdasarkan pengematannya, selanjutnya siswa diajak untuk mengkonstuksi pengetahuan yang didapatnya tersebut.
LKS jenis ini ini memuat apa yang (harus) dilakukan siswa, meliputi melakukan, mengamati, dan menganalisis. Rumuskan langkah-langkah yang harus dilakukan siswa kemudian mintalah siswa untuk mengamati fenomena hasil kegiatannya, dan berilah pertanyaan-pertanyaan analisis yang membantu siswa mengkaitkan fenomena yang diamati dengan konsep yang akan dibangun siswa dalam benaknya. 
Materi pembelajaran dalam LKS di atas (diberi label LKS Kegiatan Penyelidikan) adalah ciri-ciri makhluk hidup. Alih-alih diceramahkan, ternyata materi pembelajaran ini dapat dikemas dalam suatu LKS dan siswa diharapkan menemukan sendiri ciri-ciri makhluk hidup. Dalam penggunaannya tentu saja LKS ini didampingi oleh sumber belajar lain, misalnya buku, untuk bahan verifikasi bagi siswa, misalnya apakah masih ada lagi ciri-ciri makhluk hidup yang belum teridentifikasi.
Materi pembelajaran dalam LKS di atas (diberi label
 LKS Lab Mini) matematika-lingkaran. LKS ini dapat pula didemonstrasikan dan siswa diminta mengamati, lalu melakukan analisis dan mengisikan jawabannya dalam LKS tersebut.
2.    LKS yang membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan
Di dalam sebuah pembelajaran, setelah siswa berhasil menemukan konsep, siswa selanjutnya dilatih untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini adalah contoh LKS yang membantu siswa menerapkan konsep pesawat sederhana dapat membantu memudahkan kerja dalam kehidupan sehari-hari sekaligus melatihkan kemampuan merancang dan melaksanakan percobaan.
3.    LKS yang berfungsi sebagai penuntun belajar
LKS ini berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku. Siswa akan dapat mengerjakan LKS tersebut jika ia membaca buku, sehingga fungsi utama LKS ini adalah membantu siswa menghafal dan memahami materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku. LKS ini juga sesuai untuk keperluan remidi.
4.    LKS yang berfungsi sebagai penguatan
LKS ini diberikan setelah siswa selesai mempelajari topik tertentu. Materi pembelajaran yang dikemas di dalam LKS ini lebih mengarah pada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku pelajaran. LKS ini juga cocok untuk pengayaan.
5.    LKS yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum
Alih-alih memisahkan petunjuk praktikum ke dalam buku tersendiri, Anda dapat menggabungkan petunjuk praktikum ke dalam kumpulan LKS. Tentang pembuatan petunjuk praktikum dapat Anda dalam seksi selanjutnya.



e.    Petunjuk Praktikum
Mengacu kepada Meril Physical Science: Laboratory Manual (1995), isi petunjuk praktikum diorganisasikan sebagai berikut.
1)        Pengantar
Berisi uraian singkat yang mengetengahkan bahan pelajaran (berupa konsep-konsep IPA) yang dicakup dalam kegiatan/praktikum. Selanjutnya tuliskan Informasi khusus yang berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan melalui praktikum.
2)        Tujuan
Memuat tujuan yang berkaitan dengan permasalahan yang diungkapkan di pengantar atau berkaitan dengan unjuk kerja siswa (misalnya dapat membuat grafik kecepatan terhadap waktu)
3)        Alat dan Bahan
Memuat alat dan bahan yang diperlukan. Saat merumuskan alat dan bahan, yakinkan pada diri Anda bahwa peralatan tersebut dapat Anda peroleh untuk kelas IPA Anda. Bila diperlukan, rancanglah kebutuhan alat dan bahan sehingga untuk beberapa di antaranya dapat dipenuhi oleh siswa dengan membawa dari rumah.
4)        Prosedur/Langkah Kegiatan
Merupakan instruksi untuk melakukan kegiatan selangkah demi selangkah. Bila Anda anggap perlu, tampilkan sketsa gambar untuk mempermudah kerja siswa.
5)        Data Hasil Pengamatan
Meliputi tabel-tabel data atau grafik kosong yang dapat diisi siswa untuk membantu siswa mengorganisasikan data. Selain itu berikan tempat agar siswa dapat menuliskan semua hasil pengamatan dengan indera yang sesuai.
6)        Analisis
Bagian ini membimbing siswa untuk melakukan langkah-langkah analisis data sehingga kesimpulan dapat diperoleh. Bagian ini dapat berupa pertanyaan atau isian yang jawabannya berupa perhitungan terhadap data. Bisa juga pada bagian ini Anda meminta siswa untuk membuat grafik, untuk melihat hubungan sebab-akibat antara dua hal seperti yang dirumuskan dalam masalah.
7)        Kesimpulan
Berisi pertanyaan-pertanyaan yang didesain sedemikian rupa hingga jawabannya berupa kesimpulan (menjawab permasalahan). Anda dapat pula memasukkan pertanyaan yang mengaitkan hasil praktikum dengan konsep-konsep IPA dan penerapannya.
8)        Langkah Selanjutnya
Merupakan kegiatan perluasan, proyek, atau telaah pustaka yang membantu siswa belajar lebih lanjut tentang materi pembelajaran yang dia pelajari melalui kegiatan praktikum ini serta penerapannya dalam bidang-bidang lain.

8.         Langkah-Langkah Pemanfaatan Bahan Ajar
Pemanfaatan bahan ajar dapat dilakukan oleh guru dan juga oleh peserta didik. Berikut ini akan disampaikan strategi penyampaian bahan ajar oleh guru dan strategi mempelajari bahan ajar oleh peserta didik.
a.         Strategi Penyampaian Bahan Ajar Oleh Guru
1)        Strategi urutan penyampaian simultan
Materi secara keseluruhan diajarkan secara serentak kemudian diajarkan satu per satu.
2)        Strategi urutan penyampaian suksesif
Sebuah materi satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan materi berikutnya secara mendalam pula.
3)        Strategi penyampaian fakta
Jika guru harus menyajikan materi pembelajaran yang termasuk jenis fakta, strategi yang tepat adalah sebagai berikut.
a)         Sajikan materi fakta dengan lisan, tulisan, atau gambar
b)        Berikan bantuan kepada peserta didik untuk menghafal
Bantuan diberikan dalam bentuk penyampaian secara bermakna menggunakan jembatan keledai atau jembatan ingatan. 
4)        Strategi penyampaian konsep
Langkah-langkah mengajarkan konsep yaitu:
a)         Sajikan konsep
b)        Berikan bantuan, misalnya berupa inti isi, contoh, dan bukan contoh
c)         Berikan latihan, misalnya berupa tugas untuk mencari contoh lain
d)        Berikan umpan balik
e)         Berikan tes
5)        Strategi penyampaian pembelajaran prinsip
Langkah-langkah menyajikan prinsip yaitu:
a)         Sajikan prinsip
b)        Berikan bantuan, misalnya berupa contoh penerapan prinsip
c)         Berikan latihan
d)        Berikan umpan balik
e)         Berikan tes
6)        Strategi penyampaian prosedur
Langkah-langkah menyajikan prinsip yaitu:
a)         Menyajikan prosedur
b)        Berikan bantuan dengan mendemonstrasikan bagaimana cara melaksanakan prosedur
c)         Berikan latihan (praktik)
d)        Berikan umpan balik
e)         Berikan tes
7)        Strategi penyampaian materi afektif
Beberapa strategi penyampaian afektif antara lain penciptaan kondisi, pemodelan atau contoh, demonstrasi, simulasi, penyampaian ajaran atau dogma.

b.        Srategi Mempelajari Bahan Ajar Oleh Peserta Didik
1)        Menghafal
Terdapat dua jenis menghafal yaitu menghafal verbal (remember verbatim) dan menghafal paraphrase (remember paraphrase). Menghafal verbal adalah menghafal persis seperti apa adanya. Menghafal paraphrase adalah menghafal dengan bahasa atau kalimat sendiri.
2)        Menggunakan/Mengaplikasikan
Materi pembelajaran setelah dihafal atau dipahami kemudian digunakan atau diaplikasikan. Dalam proses pembelajaran, peserta didik perlu memiliki kemampuan untuk menggunakan, menerapkan atau menerapkan materi ayng telah dipelajari. Penggunaan fakta atau data adalah untuk dijadikan bukti dalam rangka pengambilan keputusan. Pengguanaan materi konsep adalah untuk menyusun proposisi, dalil, atau rumus. Selain itu, penggunaan konsep adalah untuk menggeneralisasi atau membedakan.Penerapan atau penggunaan prinsip adalah untuk memecahkan masalah pada kasus-kasus lain. Penggunaan prosedur adalah untuk dikerjakan atau dipraktekkan. Penggunaan materi sikap adalah berperilaku sesuai materi sikap atau nilai yang telah dipelajari.
3)        Menemukan
Penemuan adalah menemukan cara memecahkan masalah-masalh baru dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari.
4)        Memilih
Memilih merupakan aspek afektif.memilih merupakan berbuat atau tidak berbuat sesuatu.




DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Pedoman Pemilihan dan Pemanfaatan Bahan Ajar. Jakarta: Ditjen Dikdasmen.