Menurut
Alwisol (2006: 8) karakter diartikan sebagai gambaran tingkah laku yang
menonjolkan benar dan salah serta baik dan buruk secara ekplisit maupun
implisit. Karakter erat kaitannya dengan kepribadian seseorang dimana disebut
orang yang berkarakter jika tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral yang
berlaku. Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing),
pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Karakter tidak
terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan
belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak terlatih
(menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga menjangkau
wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan tiga komponen
karakter yang baik (components of good character) seperti yang
dikemukakan oleh Lickona (1992: 51) yaitu moral knowing atau pengetahuan
tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral dan moral
action atau perbuatan bermoral. Hal ini diperlukan agar peserta didik mampu
memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan.
Pendidikan
karakter di sekolah dapat dilakukan dengan mengintegrasikan pendidikan karakter
pada pembelajaran, manajemen sekolah, dan kegiatan ekstrakurikuler. Pendidikan
karakter dapat pula diintegrasikan ke
dalam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran. Nilai-nilai karakter dapat
ditemukan atau dipadukan dengan mata pelajaran. Integrasi pendidikan karakter
dalam pembelajaran adalah pengenalan
nilai-nilai, usaha penyadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan
penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari
melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas
pada semua mata pelajaran (Kemdiknas, 2010). Pengenalan nilai-nilai sebagai
pengetahuan melalui bahan-bahan ajar tetap diperkenankan, tetapi bukan
merupakan penekanan. Penginternalisasian nilai-nilai melalui kegiatan-kegiatan
di dalam proses pembelajaran inilah yang dijadikan sebagai penekanan.
Terdapat banyak nilai-nilai karakter yang perlu
ditanamkan pada peserta didik. Nilai-nilai yang dapat diintegrasikan dalam mata
pelajaran fisika yaitu ingin tahu, berpikir logis, kritis, kreatif, dan
inovatif, jujur, bergaya hidup sehat, percaya diri, menghargai keberagaman,
disiplin, mandiri, bertanggung jawab, peduli lingkungan, dan cinta ilmu.
Integrasi pendidikan karakter di dalam proses
pembelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pembelajaran. Tahap perencanaan pembelajaran tersebut tertuang dalam
silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Tahap pelaksanaan
pembelajaran terdiri dari kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Pada tahap
evaluasi, dipilih teknik dan instrumen penilaian yang dapat mengukur hasil
belajar peserta didik sekaligus mengukur perkembangan kepribadian siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. (2006). Psikologi
Kepribadian. Malang: UMM.
Kemdiknas.
(2010). Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta:
Kementerian Pendidikan Nasional.